Oleh : Hamim Thoifur*
halopantura.com – Saatnya orang tua berperan menjadi orang tua yang sesungguhnya. Pandemi yang belum tampak tanda-tanda akan segera berakhir, “memaksa “orang tua untuk menjalankan peran yang sesungguhnya. Sayang sekali, sebagian orang tua belum mau memahami kondisi ini dengan bijak.
Alih-alih mendahulukan kepentingan anak dengan menyisihkan sedikit uang untuk beli gadget agar tidak mengganggu aktifitas orang tua, sebagian orang tua berpikir untuk saat ini. Karena ketidakmampuannya sebagai orang tua yang harus berjuang di masa Pandemi, sebagian dari mereka berpikir mencari sekolah yang tidak melakukan proses pembelajaran melalui daring (Luring), dengan melupakan kesehatan dan keselamatan sang anak.
Dengan Luring, anak-anak bisa berinteraksi langsung dengan guru atau pihak sekolah. Otomatis orang tua bisa lebih leluasa beraktivitas sebagaimana masa masa normal. Mereka tidak salah, karena mereka adalah orang tua yang memiliki hak prerogatif terhadap pengelolaan anaknya. Namun, ada satu sisi ke pengasuhan visioner, yang diabaikan dari keluarga ini dan tentu akan berakibat pada masa depan sang anak.
Kepengasuhan visioner itu adalah ketika keluarga mendidik sang anak dengan memahami konteks kekinian dan mampu memprediksi masa depan. Konteks kekinian yang kita pahami saat ini adalah kondisi pandemi yang mengharuskan semua pihak menyikapi dengan protokol kesehatan yang ketat,agar mengurangi peningkatan penyebaran virus Covid 19.
Ketatnya prokes ini juga berimbas di dunia pendidikan, dengan kebijakan Mendikbud berupa belajar Daring. Perubahan metode belajar dari Luring menuju Daring yang dengan tiba tiba, menyisakan banyak persoalan, terutama pada orang tua yang kemudian “harus” kembali menjalankan peran kepengasuhannya, setelah sistem pendidikan yang mengambil alih peran orang tua itu mapan. Ketidaksiapan itu bukan hanya dari sisi skill teknologi dan penguasaan materi yang dimiliki orang tua, namun kesiapan mental orang tua ketika harus menjalankan kembali peran kepengasuhannya, di saat yang sama orang tua juga harus berjuang untuk mempertahankan keberlangsungan ekonomi keluarga.
Seandainya orang tua memahami bahwa proses pendidikan itu seperti seorang pembuat roti yang tidak boleh berhenti proses di tengah jalan.
Umpamakan kita sedang mempersiapkan membuat roti, adonan sedang dalam proses pengadukan dengan mixer (pencampur adonan dengan listrik), dan tiba tiba listrik mati dan tidak diketahui kapan akan menyala kembali. Bagi pembuat roti yang berpikir bahwa bila proses tidak dilanjutkan, adonan tidak bisa dijadikan roti sebagaimana yang direncanakan ( walaupun masih bisa untuk pisang goreng dengan rasa ala ala),sang pembuat roti mengambil alat pengaduk manual, walaupun resikonya perlu waktu yang lama dan memerlukan tenaga yang lebih banyak. Tapi, roti akan tetap bisa disajikan sebagai roti.
Bila dianalogikan dengan konteks belajar di masa Pandemi sekarang, belajar Daring yang memanfaatkan teknologi ini adalah upaya kerja keras pembuat roti untuk mengaduk adonannya. Orang tua yang biasanya bisa melakukan pekerjaan dengan tenang, sementara anak anak belajar di sekolah dengan guru guru yang telah dipercaya, kini orang tua harus bekerja keras “secara manual” ,mengajari anak, mendampingi anak dan mengawal karakter anak, dan tetap bekerja.
Sementara, baik sang anak maupun orang tua yang telah bekerja keras untuk mempelajari teknologi pembelajaran Daring, sama halnya telah mempersiapkan skill dasar untuk bisa survive di era digital saat ini, dimana hampir semua lini kehidupan sudah mengandalkan teknologi. Sebagai gambaran, Pekerjaan pengantar surat yang biasanya dilakukan oleh pak post dengan sepeda dan atribut orangenya, kini sudah tergantikan dengan media lain.
Mall sudah berkurang omsetnya karena maraknya online shop dan masih banyak lagi aktifitas online yg telah menggantikan aktifitas manual. Bagaimana ke depan? Survivor di masa yang akan datang adalah orang orang yang mapan dari sisi keilmuan dan memiliki supporting skill di bidang teknologi. Tetap semangat belajar Daring. Persiapkan Masa depan anak anak dengan segala kemungkinan yang ada. Keep safe and stay healthy. (*Ketua DPC Gelora Tuban)